Di Manakah Wajah Bopengmu, Tuan?
Alif Raung Firdaus[1]
Membacakan ayat-ayat retak
Yang berserakan di sepanjang drama
Panggung hukum yang semakin reyot; wajah lelaki tua beruban, pembunuh bayaran
Guru ngaji merebut lahannya dan meratap di penjara
Petani menjaga nasib sawahnya, ditikam lembaran undang-undang
Yang tak pernah mereka pelajari
Hakim menyerobot sinetron televisi
Menayangkan kebosanan sepanjang hari
Uang negara yang raib ditelan partai
Hangus di perut menteri, gubernur, dan tentara
Politik yang bising dan para ulama makin tangkas bermain
Sementara perlawanan masih dibakar cemas
Di puncak ibukota yang panas
Di mana wajah bopengmu, tuan?
Khotbah pagi di hadapan para menteri
Adalah kilah tuan yang gamang sendiri
Hanyut ditelan arus keresahan kami
Dan orang-orang di sekitarmu lupa diri
Memanggil-manggil dewa langit
Dari segala penjuru negara yang kacau
Di antara khotbahmu yang terlampau gelap
Untuk kami cerna dengan lapang dada
Demikian orang-orang di sekitarmu merengek manja
Seperti bayi-bayi tua yang baru bisa tertawa
Di manakah wajah bopengmu, Tuan?
Kami menghampar tikar seluas kecemasan
Dan purnama terakhir telah menghentikan pendarnya
Sejak bertahun-tahun silam
Sejak kami belajar melawan untuk membela ibu-ibu kami
Hari ini kami dirikan tanda di depan istana
Bahwa negara akan tumbang dan didekap bahaya
Esok kami akan merangkak ke kamar tidurmu
Ke mimbar kenegaraanmu, ke meja makanmu
Ke kedalaman dadamu
Membawa semen dan mengecor matamu
Di manakah wajah bopengmu, Tuan?
Jember, Maret 2017
[1] Alif Raung Firdaus Merupakan Salah satu KaderPMII Rayon Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan dari Angkatan 2011, Mantan Wakil Ketua Umum KaderPMII Rayon Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan periode 2014-2015 .Saat ini beliau juga aktif di Komunitas Seni GESEK ( Gerakan Seni Kader)