PRESIDEN KITA
Alif Raung Firdaus[1]
Di abad yg paling sibuk
Kita telah mabuk sekaligus remuk
Diterkam kekuasaan, dihantam kekuasaan
Lelaki paruh baya didaulat sebagai raja
Konon adalah orang baik yang dikirim
Tuhan bagi kita Untuk menafsirkan cita-cita kebangsaan
Dengan cara sederhana; raksasa kota, pabrik semen Kerajaan sawit, neraka tambang
Semuanya menjadi kuburan tua bagi kita
Yang hari ini diabaikan terkapar dan rapuh
Di bawah alas istana
Janji politik selalu melebihi speaker raksasa
Menggema lima tahun sekali di telinga
Orang-orang mendadak merah seketika
Juga lelaki paruh baya itu, melempar senyum
Di ujung-ujung gang gelap yg sesak
Oleh tangis malang kaum papa
Ketika itu, bumi melimpah kepedulian Dan kasih sayang
Lima tahun sekali, sayang
Setelahnya langit kembali terapung
Di atas laut yang membiru murung
Kita kembali terseret ke tengah medan tempur
Melawan mesin-mesin pengeruk tanah
Melawan truk-truk pengangkut pasir
Dan lidah menjulur dari puncak istana
Memandang dengan nyinyir
Kita hanya sendiri, betul-betul sendiri
Lelaki paruh baya adalah pembawa sangkala
Yang mengangkang di puncak kepala
Dulu ia orang baik, yang dikirim Tuhan kepada kita
Hari ini kita tenggelam dalam makam tua
Berwajah pembangunan dan aset negara
Sementara ia tak pernah nyata, ia telah tiada
Di abad yang paling gaduh
Kita betul-betul jatuh dan lumpuh
Diterkam kekuasaan, dihantam kekuasaan
Menelan janji-janji politik, lalu memuntahkannya
Dalam sejarah yang makin keruh
Kepada presiden kita, lelaki paruh baya itu, Mari kita meludah; cuh!
[1] Alif Raung Firdaus Merupakan Salah satu Kader PMII Rayon Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan dari Angkatan 2011, Mantan Wakil Ketua Umum PMII Rayon Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan periode 2014-2015 .Saat ini beliau juga aktif di Komunitas Seni GESEK ( Gerakan Seni Kader)